Senin, 19 Agustus 2013

Rahasia Keluarga Harmonis Islami

Allah menciptakan segala yang ada di alam semesta ini berpasang-pasangan, saling melengkapi, mengisi, bekerjasama, mengimbangi dan mempengaruhi satu sama lainnya serta saling menyempurnakan. Karena itulah bila salah satu tidak ada, yang lain bakal merasa kehilangan.Timpang..! Bagai malam dengan siang, hujan dengan panas, kaya dengan miskin demikian pula laki-laki dengan wanita. Dengan berpasang-pasangan kehidupan di dunia ini jadi seimbang karena keseimbangan itu adalah kunci kebahagiaan. Kita ambil satu contoh laki-laki dan wanita. Dengan adanya keseimbangan dalam hubungan mereka, akan menciptakan mekanisme saling memberi dan menerima. Tidak ada yang ingin menjatuhkan pasangannya dan sebaliknya karena menjatuhkan pasangannya sama dengan menjatuhkan diri sendiri. Bila memiliki pasangan, jangan berpikir untuk mengeksploitasinya. Kita harus menjaga keseimbangan dan kelanggengan hubungan itu supaya tetap eksis dan bahagia. Kita memberi dulu baru akan mendapatkan…! Memberi adalah kunci kebahagiaan di kemudian hari. Sayangnya banyak dari kita lebih banyak menuntut pada pasangannya sehingga terjadi masalah saling menuntut dan akhirnya tidak mendapatkan kebahagiaan karena tidak ada yang mau merendahkan ego.
Tidak ada yang gratis di alam semesta ini, semua kesuksesan dan keberhasilan harus didahului oleh usaha. Semakin besar upaya yang kita lakukan maka semakin besar pula yang bakal diterima. Kenikmatan duniawi, meskipun itu disediakan oleh Allah untuk kebahagiaan kita, bisa berbalik menjadi penderitaan bila kita tidak dapat mengikuti aturan Ilahi. Hanya orang-orang yang bijak saja yang tahu dan bisa mengendalikan diri untuk tidak terjebak pada kehidupan duniawi secara berlebihan. Allah mengingatkan agar kita lebih proposional dalam menyingkapi dunia. Demikian pula pada orang yang berumah tangga, kebahagiaan kita semakin besar bukan karena menyenangkan diri sendiri melainkan ketika kita melihat orang lain bahagia karena pertolongan kita. Hubungan laki-laki dan wanita biasanya akan diakhiri dengan berumahtangga, sedangkan rumah tangga itu sendiri adalah lembaga dimana keduanya bertemu untuk melakukan aktifitas bersama-sama sebagai perwujudan hak dan kewajiban. Kita berhak berumahtangga karena di sanalah akan mendapatkan kebahagiaan. Dan kewajiban kita untuk berumah tangga karena di dalamnya terdapat visi dan misi mulia yang diberikan Allah untuk melestarikan kehidupan manusia di muka bumi. Siapa saja yang bisa menyelami makna berumah tangga dengan pas, mereka bakal menemukan kebahagiaan yang luar biasa. Seperti kata Rosullullah: “Baiti jannati-rumahku adalah surgaku”. Kuncinya adalah: pahami fitrah kita, pahami misi rumah tangga dan jalani sesuai petunjuk Allah dan RasulNya.
Rumah tangga bagaikan sebuah organisasi tempat berkumpulnya lebih dari satu orang untuk beraktifitas bersama. Harus diorganisir agar tidak terjadi tabrakan kepentingan karena pada dasarnya manusia itu berbeda dan memiliki kepentingan yang beda pula. Harus ditetapkan tujuan berumah tangga, tindakan dan langkah apapun sebaiknya dimanajemeni untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam rumah tangga Islam ditekankan kebersamaan antar anggotanya.Hirarki dan kewenangan yang jelas, hak dan kewajiban yang seimbang sesuai dengan norma-norma agama dan kepatutan budaya.
Suami memberikan perlindungan dan mencari nafkah pada keluarga, memberi jaminan agar rumah tangga bisa berjalan dengan aman, tentram dan sejahtera serta bahagia. Sang istri mengelola rumah tangga, mendidik anak-anak dengan sebaik-baiknya. Bukan berarti tidak boleh berkarya di luar rumah, tetapi harus tetap di dalam koridor manajemen rumah tangga itu sendiri. Berumah tangga adalah kebutuhan setiap manusia yang normal. Butuh partner yang bisa diajak berbagi suka dan duka, butuh menyalurkan fitrah seksual secara sehat dan terhormat serta menciptakan generasi penerus, serta bertanggungjawab atas pendidikan dan kesehatannya. Rumah tangga merupakan unit terkecil dalam kancah sosial bermasyarakat. Jangan jadikan rumah tangga hanya sekedar kewajiban karena hal tersebut akan jadi beban hidup saja kecuali bagi orang-orang yang sudah bisa mengubah sudut pandangnya bahwa yang wajib itu sesungguhnya adalah hak kita yang paling azasi.
Kita akan bahagia melihat orang yang kita cintai bahagia. Kebahagiaan jenis ini levelnya lebih tinggi karena tidak bersifat individual. Boleh jadi sudah masuk kategori kebahagiaan sosial. Tidak gampang memperolehnya, apalagi bagi orang yang bersifat egois. Karena semua kebahagiaan diukur dari kebahagiaan diri sendiri. Ini adalah tipikal ”pemburu kebahagiaan pribadi” yang justru tidak akan pernah menemukan kebahagiaan. Berumah tangga dengan berbekal cinta tapi bukan sekedar berburu cinta…! Apa bedanya diantara kedua pernyataan itu?
Berbekal cinta artinya, kita menyintai pasangan kita dan ingin memberi sesuatu kepadanya agar bahagia sedang berburu cinta artinya, kita menginginkan untuk dicintai. Menginginkan sesuatu darinya sehingga kita merasa bahagia. Manakah yang baik,mengejar atau memberi cinta? Mengejar atau memberi kebahagiaan? Mengejar atau memberi kepuasaan? Mana yang bakal bahagia?
Mengejar cinta hanya akan mendorong kita untuk berburu sesuatu yang semu belaka, yang tidak pernah teraih karena keinginan adalah sesuatu yang tidak pernah ada habisnya.Kesenangan dan kebahagiaan itu bukan kita peroleh dengan cara mengejarnya melainkan merasakannya. Apa yang sudah dimiliki dan bila kita bisa mensyukuri maka kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya. Semakin banyak memberi semakin nikmat rasanya. Berumah tangga adalah bentuk beribadah kepada Allah. Orang berumah tangga bukan hanya bersifat lahiriah dan sesaat, serta bertujuan jangka pendek saja melainkan lebih dari itu. Ada 3 hal tujuan orang berumah tangga: menunjukkan kekuasaan Allah, tercipta ketentraman, membangun kasih sayang. Ketika rumah tangga tidak dilandasi niat untuk ibadah, biasanya yang muncul adalah keretakan dengan segala permasalahannya. Jika ingin senang secara biologis maka kita hanya akan memperoleh kesenangan sesaat. Yang namanya kesenangan biologis itu hanya sementara dan dangkal sifatnya, sangat terkait dengan waktu…! Boleh jadi 1-2 tahun sudah bosan…! Hanya gitu-gitu saja,lalu mulai melirik kanan-kiri mencari variasi dan alternatif. Hal ini terjadi karena kita hanya berorientasi kepada hal-hal yang bersifat fisik saja.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar