Allah menciptakan segala yang ada di alam
semesta ini berpasang-pasangan, saling melengkapi, mengisi, bekerjasama,
mengimbangi dan mempengaruhi satu sama lainnya serta saling
menyempurnakan. Karena itulah bila salah satu tidak ada, yang lain bakal
merasa kehilangan.Timpang..! Bagai malam dengan siang, hujan dengan panas, kaya dengan miskin demikian pula laki-laki dengan wanita.
Dengan berpasang-pasangan kehidupan di dunia ini jadi seimbang karena
keseimbangan itu adalah kunci kebahagiaan. Kita ambil satu contoh
laki-laki dan wanita. Dengan adanya keseimbangan dalam hubungan mereka,
akan menciptakan mekanisme saling memberi dan menerima. Tidak ada yang
ingin menjatuhkan pasangannya dan sebaliknya karena menjatuhkan
pasangannya sama dengan menjatuhkan diri sendiri. Bila memiliki
pasangan, jangan berpikir untuk mengeksploitasinya. Kita harus menjaga
keseimbangan dan kelanggengan hubungan itu supaya tetap eksis dan
bahagia. Kita memberi dulu baru akan mendapatkan…! Memberi adalah kunci
kebahagiaan di kemudian hari. Sayangnya banyak dari kita lebih banyak
menuntut pada pasangannya sehingga terjadi masalah saling menuntut dan
akhirnya tidak mendapatkan kebahagiaan karena tidak ada yang mau
merendahkan ego.
Tidak ada yang gratis di alam semesta ini, semua kesuksesan dan
keberhasilan harus didahului oleh usaha. Semakin besar upaya yang kita
lakukan maka semakin besar pula yang bakal diterima. Kenikmatan duniawi,
meskipun itu disediakan oleh Allah untuk kebahagiaan kita, bisa
berbalik menjadi penderitaan bila kita tidak dapat mengikuti aturan
Ilahi. Hanya orang-orang yang bijak saja yang tahu dan bisa
mengendalikan diri untuk tidak terjebak pada kehidupan duniawi secara
berlebihan. Allah mengingatkan agar kita lebih proposional dalam
menyingkapi dunia. Demikian pula pada orang yang berumah tangga,
kebahagiaan kita semakin besar bukan karena menyenangkan diri sendiri
melainkan ketika kita melihat orang lain bahagia karena pertolongan
kita. Hubungan laki-laki dan wanita biasanya akan diakhiri dengan
berumahtangga, sedangkan rumah tangga itu sendiri adalah lembaga dimana
keduanya bertemu untuk melakukan aktifitas bersama-sama sebagai
perwujudan hak
dan kewajiban. Kita berhak berumahtangga karena di sanalah akan
mendapatkan kebahagiaan. Dan kewajiban kita untuk berumah tangga karena
di dalamnya terdapat visi dan misi mulia yang diberikan Allah untuk
melestarikan kehidupan manusia di muka bumi. Siapa saja yang bisa
menyelami makna berumah tangga dengan pas, mereka bakal menemukan
kebahagiaan yang luar biasa. Seperti kata Rosullullah: “Baiti jannati-rumahku adalah surgaku”. Kuncinya adalah: pahami fitrah kita, pahami misi rumah tangga dan jalani sesuai petunjuk Allah dan RasulNya.
Rumah tangga bagaikan sebuah organisasi tempat berkumpulnya lebih
dari satu orang untuk beraktifitas bersama. Harus diorganisir agar tidak
terjadi tabrakan kepentingan karena pada dasarnya manusia itu berbeda
dan memiliki kepentingan yang beda pula. Harus ditetapkan tujuan berumah
tangga, tindakan dan langkah apapun sebaiknya dimanajemeni untuk
mencapai tujuan yang sama. Dalam rumah tangga Islam
ditekankan kebersamaan antar anggotanya.Hirarki dan kewenangan yang
jelas, hak dan kewajiban yang seimbang sesuai dengan norma-norma agama
dan kepatutan budaya.
Suami memberikan perlindungan dan mencari nafkah pada keluarga,
memberi jaminan agar rumah tangga bisa berjalan dengan aman, tentram dan
sejahtera serta bahagia. Sang istri mengelola rumah tangga, mendidik anak-anak
dengan sebaik-baiknya. Bukan berarti tidak boleh berkarya di luar
rumah, tetapi harus tetap di dalam koridor manajemen rumah tangga itu
sendiri. Berumah tangga adalah kebutuhan setiap manusia yang normal.
Butuh partner yang bisa diajak berbagi
suka dan duka, butuh menyalurkan fitrah seksual secara sehat dan
terhormat serta menciptakan generasi penerus, serta bertanggungjawab
atas pendidikan dan kesehatannya. Rumah tangga merupakan unit terkecil
dalam kancah sosial bermasyarakat. Jangan jadikan rumah tangga hanya
sekedar kewajiban karena hal tersebut akan jadi beban hidup saja kecuali
bagi orang-orang yang sudah bisa mengubah sudut pandangnya bahwa yang
wajib itu sesungguhnya adalah hak kita yang paling azasi.
Kita akan bahagia melihat orang yang kita cintai bahagia. Kebahagiaan
jenis ini levelnya lebih tinggi karena tidak bersifat individual. Boleh
jadi sudah masuk kategori kebahagiaan sosial. Tidak gampang
memperolehnya, apalagi bagi orang yang bersifat egois. Karena semua
kebahagiaan diukur dari kebahagiaan diri sendiri. Ini adalah tipikal
”pemburu kebahagiaan pribadi” yang justru tidak akan pernah menemukan
kebahagiaan. Berumah tangga dengan berbekal cinta tapi bukan sekedar berburu cinta…! Apa bedanya diantara kedua pernyataan itu?
Berbekal cinta artinya, kita menyintai pasangan kita dan ingin
memberi sesuatu kepadanya agar bahagia sedang berburu cinta artinya,
kita menginginkan untuk dicintai. Menginginkan sesuatu darinya sehingga
kita merasa bahagia. Manakah yang baik,mengejar atau memberi cinta?
Mengejar atau memberi kebahagiaan? Mengejar atau memberi kepuasaan? Mana
yang bakal bahagia?
Mengejar cinta hanya akan mendorong kita untuk berburu sesuatu yang
semu belaka, yang tidak pernah teraih karena keinginan adalah sesuatu
yang tidak pernah ada habisnya.Kesenangan dan kebahagiaan itu bukan kita
peroleh dengan cara mengejarnya melainkan merasakannya. Apa yang sudah
dimiliki dan bila kita bisa mensyukuri maka kebahagiaan itu akan datang
dengan sendirinya. Semakin banyak memberi semakin nikmat rasanya.
Berumah tangga adalah bentuk beribadah kepada Allah. Orang berumah
tangga bukan hanya bersifat lahiriah dan sesaat, serta bertujuan jangka
pendek saja melainkan lebih dari itu. Ada 3 hal tujuan orang berumah
tangga: menunjukkan kekuasaan Allah, tercipta ketentraman, membangun
kasih sayang. Ketika rumah tangga tidak dilandasi niat untuk ibadah,
biasanya yang muncul adalah keretakan dengan segala permasalahannya.
Jika ingin senang secara biologis maka kita hanya akan memperoleh
kesenangan sesaat. Yang namanya kesenangan biologis itu hanya sementara
dan dangkal sifatnya, sangat terkait dengan waktu…! Boleh jadi 1-2 tahun
sudah bosan…! Hanya gitu-gitu saja,lalu mulai melirik kanan-kiri
mencari variasi dan alternatif. Hal ini terjadi karena kita hanya
berorientasi kepada hal-hal yang bersifat fisik saja.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar